Jumat, 22 April 2022

“TABAYYUN”

 Oleh : Rahmayana 

Pada zaman yang serba canggih seperti yang ada pada era sekarang, perkembangan teknologi dan persebaran informasi yang amat pesat, seolah dunia berada dalam satu genggaman kita, hari- hari kita di bombardir dengan begitu banyak informasi, mulai dari berita dan fenomena serta desas-desus yang tidak penting sama sekali dan sering kali informasi tersebut belum jelas duduk perkaranya, demikian juga dengan isinya belum tentu valid dan benar bagaimana akar permasalahannya, bagaimana sebab akibatnya tidak bisa kita pastikan bersumber dari suatu hal yang jelas.

Menanggapi fenomena diatas seharusnya kita sebagai insan yang diberikan akal untuk berpikir, berzikir dan berkarir dalam mencapai tujuan dunia dan akhirat, hendaknya cermat dan benar-benar dapat menyeleksi informasi atau berita yang benar- benar layak untuk kita konsumsi secara “matang” dengan melakukan “chek and recheck” mengumpulkan data- data informasi, memverifikasi dan mencari kebenaran dari suatu informasi tersebut, agar suatu informasi tersebut dapat kita telan secara “matang” sehingga berefek pada kesehatan mental dan pikiran kita.

Melalui tulisan ini penulis mengajak semua sahabat bagaimana seharusnya dalam menyikapi suatu informasi atau masalah yang seringkali melingkari (viral) dalam kehidupan sehari-hari kita, untuk itu “yuk jangan latah yuk” dengan tergesa-gesa menshare suatu informasi yang belum jelas akar permasalahannya. Terlebih untuk semua sahabat ku yang muslim, agama kita memerintahkan bagaimana adab dan perilaku bertabayyun serta bertawakal dalam menjalankan interaksi social di kehidupan bermasyarakat yang berbudaya.

Tabbayun artinya mencari kejelasan dengan sejelas-jelasnya dan terang serta menyeleksi, melakukan perbandingan dan memverifikasi suatu informasi yang di beritakan oleh pembawa berita, apakah pembawa berita tersebut bisa di percaya atau tidak dan juga isi berita yang disampaikan benar atau tidak.

Perintah bertabayyun sendiri tertuang dalam al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 6

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

Lalu apakah cukup dengan bertabayyun saja? Nah, setelah menanamkan sikap tabayyun sebagai seorang muslim kita juga hendaknya menanamkan sikap tawakal yakni menyerahkan segala urusan dunia ini kepada Allah SWT.

-Wallahu A’lam bisshawab-

Tips bertabayyun

Tidak perlu ikut-ikutan berbondong-bondong menshare suatu perkara yang diluar batas kepengetahuan kita, sehingga jika salah akan menimbulkan Fitnah dan jika benar akan menimbulkan ghibah. Karena “katanya” belum tentu benar “faktanya”.

Penulis : Rahmayana

Editor : adm pilot media Gayo 

Senin, 11 April 2022

PENGHANCUR BATHIN

   Oleh: Rahmayana 

Dalam menjalani kehidupan sebagai mahkluk sosial tentu kita tidak terlepas dari berhubungan secara interaktif dengan manusia lain, dimana masyarakat atau struktur sosial merupakan organisme hidup, maka dari itu sejatinya kita selalu membutuhkan orang lain karena kita tidak bisa hidup sendiri. Manusia senangtiasa membentuk pengelompokan sosial dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. 

Berbicara tentang mempertahankan kehidupan agar kehidupan manusia dapat berkembang secara karir dan berkembang dengan ketenangan jiwa salah satunya adalah dengan mengkerdilkan ego manusia itu sendiri. Ego merupakan bagian tak terpisahkan dari kepribadian manusia dan merupakan bagian dari identitas manusia. Lalu bagaimana sebuah ego dapat kita kerdilkan sehingga dapat menciptakan kedamaian, kepuasan dan ketenangan bathin? Salah satunya adalah dengan membiasakan berpikir logis dan positif. Psikology menyebutkan dengan berpikir logis dan positif maka akan menghasilkan kematangan berpikir dan itu sangat menunjukkan kualiatas dan kedewasaan seseorang. 

Sebaliknya kedamaian, kepuasan dan ketenangan bathin tidak akan kita dapatkan jika kita selalu membesarkan ego yang ada dalam diri kita, yang dapat membentuk penyakit Riya dan ujub , keduanya senangtiasa bersemayam dalam hati kita namun jika kita mampu memanage nya maka kedua hal tersebut tidak akan muncul ke permukaan karena kita senangtiasa tidak membiarkan ia tumbuh bermekaran di dalam hati. 

Riya adalah memperlihatkan sesuatu kepada orang lain baik berupa suatu barang ataupun perbuatan dengan tujuan agar orang lain senangtiasa memujinya. Orang yg riya akan selalu merasa “haus” pujian, seolah semua baik benda atau pun perbuatan yg ia lakukan akan dinilai baik dimata manusia, dan menciptakan kagum atas dirinya, tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap kondisi bathin seseorang, sehingga ketika ia terjatuh atau tidak di puji ia akan merasa sakit jiwanya dan ia tidak dapat menerimanya, pada saat itulah kekosongan hati dimulai, dan jika hati sudah kosong maka hancurlah bathin. 

Sedangkan ujub adalah cacatnya akal manusia, dan salah satu unsur penghancur yg harus kita hilangkan dari dalam hati kita, ujub merupakan berbangga diri terhadap keutamaan yang terdapat pada diri sendiri diatas orang lain, marah kepada orang lain, tetapi tidak memarahi diri sendiri. 

Dalam hadits ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

المهلكات ثلاث: إعجاب ادمرء بنفسه، و شح مطاع و هوى متبع.

Yang menghancurkan itu ada tiga, yaitu bangga seseorang terhadap dirinya, kikir yang ditaati dan hawa nafsu yang diikuti. (Dihasankan oleh Al Albani)

Mengutip hadist diatas jelas bahwa ujub adalah senjata penghancur bathin yg utama, orang yg menyimpan nya akan memiliki sifat yang tinggi hati, angkuh dan sombong, selain itu ujub juga menghancurkan kebaikan dan tanda kelemahan akal pemiliknya , disisi lain di antara tampilan ujub ini ialah kamu tidak mau mendengarkan orang lain, tidak memperhatikan mereka dan tidak menghormati mereka, kamu meremehkan orang yang menurutmu lebih rendah dari dirimu serta kamu sukar untuk menghargai pendapat orang lain karena dirimu berbangga hati atas merasa unggul dan hebat dibandingkan orang lain, untuk itu memiliki pikiran yang positif dan jernih adalah kunci utama untuk meredam ujub ini seperti yg telah penulis sebutkan diatas dalam mengkerdilkan ego, karena di dalam pikiran yang positif terdapat jiwa yang tenang, jiwa yang tenang di dapat dari hati yang bersih. 

Hati adalah hakikat manusia, kalau ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh pemiliknya, kalau ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh pemiliknya, pun demikian keselamatan di akhirat adalah menghadap Allah dengan hati yang bersih. 

Pada akhirnya penulis kembali mengajak untuk mengecilkan ego dengan menghilangkan sifat riya dan ujub agar dapat mengembangkan kehidupan dengan hati yang tenang, apalagi dalam menjalankan ibadah puasa seperti pada bulan ramadhan ini.

“ Kamu bisa saja penting bagi semua orang tapi TIDAK setiap saat , maka berhentilah merasa menjadi orang yang paling dibutuhkan dan berbangga diri terhadap keutamaan yang engkau punya dibandingkan orang lain”

Bener meriah 11 april 2022

Sumber : penulis Rahmayana

Akun Instagram penulis @yana_rp93

Editor admin : pilot media gayo





Sekolahkan Generasi Gayo Jurusan Sejarah Dan Arkeologi

  Oleh : Sman* Catatan  Gayo dan sejarahnya kene tetue te , si munetos Gayo ni kuet kite we , dan si munetos Gayo ni mosop kite we .  Sejara...